Saturday 24 July 2010 | By: Nathan

Apalagi Yang Bisa Terucap

Apalagi yang bisa terucap
Ketika jingga yang berpendar dalam nyala
Pun akhirnya meninggalkan cakrawala

Apalagi yang bisa terucap
Ketika binar-binar penghabisan
Pun akhirnya tertidur perlahan

Dan kini, cahaya itu pun akhirnya padam
Sementara aku masih bertanya dalam harap,
Apalagi yang bisa terucap?

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Tuesday 20 July 2010 | By: Nathan

Mawar

Sekuntum mawar kecil, menari
Merekah di antara ilalang yang memagari

Ada hasrat yang tak tersadari
Menyeruak di antara kelopaknya yang berduri

Namun akankah hati yang tlah terpaut
Menarik jemari yang terlanjur menaut?

Mawar kecilku,
Apapun itu,
Kan kusunting engkau
Sebelum ilalang itu
Membuatmu layu
Walau kutahu
Kan kuderaikan darahku
Saat jemariku
Menggenggam indahmu
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Sunday 18 July 2010 | By: Nathan

BAIT-BAIT PERSAHABATAN


(Sebuah Hadiah Persahabatan Dari Diana Wardani )
Menikmati bait-bait dari nada-nada hurufmu yang kian berdenting
Membawa segenap pikiranku melayang
Menyusup di kedalaman jiwamu

Berseri bersama cahayamu
Namun akhirnya bersedih karena cahayamu
Ada getar-getar memendam rasa terindah
Ada rindu
Ada cinta
Ada luka
Ada sepi
Ada kecewa
Ada jenuh
Ada bahagia
Semua silih berganti karena cahaya di hatimu

Aku ingin kau temukan cahaya lain yang sejati di hatimu
Yang mampu mengusir sepimu, jenuhmu, dan rindumu
Membunuh galaumu
Mampu membuatmu tertawa berderai di setulus-tulusnya tawamu

Tersenyum penuh makna dengan manjamu yang khas pada cahayamu, di mana kau bisa dengan leluasa menikmati jemari kehangatannya saat kau bersandar di hatinya
Cahaya yang sebentar lagi luruh di hatimu
Kan mendaratkan cinta tulusnya hanya buatmu

Mengecup luka hatimu dengan santun
Dia mampu membuatmu menangis terharu karena kehadirannya yang tulus...

Semoga....!!

ini butiran-butiran huruf yang terangkaikan buatmu...

Untuk sahabatku, Diana Wardani yang bait-bait cahayanya kembali menyinari kelam di kedalaman hati…

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Saturday 17 July 2010 | By: Nathan

Bahasa 2 Hati

Dengarlah wahai pantai yang sendiri
Untukmu, aku ingin menjadi
Segulung ombak yang selalu menemani
Hingga putaran waktu akhirnya terhenti
Maka izinkan kudekap serpih pasirmu dalam genggaman ini
Tanpa setitikpun angin membawanya pergi

Pantai mana yang pernah membenci
Segulung ombak yang menari?
Pasir mana yang tak pernah merindui
Belaian jemari yang menyejukkan hati?
Namun dengarlah, pantai itu terlalu lelah menanti
Dan kini akhirnya tak lagi sendiri

Lalu ke mana kan kudeburkan gemuruh ini?
Pada siapa kan kudekapkan gelombang ini?
Kutanyakan padamu sekali ini, wahai pantai yang sendiri,
Pupuskah semua rasa yang pernah terurai?

Tetaplah kau menjadi karang yang tak penat berdiri
Karang yang selalu tegar menantang badai
Karena bila waktu akhirnya berdamai
Buih cintaku, kepadamu niscaya kan kembali

Pantaiku,
Karang itu kini
Tak lagi mampu berdiri
Bahkan tuk menanti
Sang buih kembali

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Saturday 10 July 2010 | By: Nathan

Segores Tinta, Untukmu Cahaya

Apa kabar, cahaya...
Sudahkah cinta menyapamu hari ini ketika sehelai kabut masih menyelimuti pagi? Kuharap kau menyambutnya seperti pucuk-pucuk hijau mekar meninggalkan kuncup menyambut belaian jemari mentari. Karena, cahaya, kita tak pernah tahu apa yang tertulis di lembaran kitab langit, masihkah esok kan kembali atau detakan bumi kan segera terhenti.
Masihkah cinta menyulut pijarmu hari ini ketika semilir angin Juli menghembuskan tinta-tinta hitam membayang awan searakan? Kuharap kau menjaga hangatnya seperti merpati menahan tusukan hujan mendekap merpati-merpati kecilnya, menjaga hangatnya. Karena, cahaya, kita takkan pernah tahu apa yang tertulis di lembaran kitab langit, masihkah dunia kan merona atau gelap kan mengekalnya.
Cahaya...
Masihkah kau ingat detik dimana kubisikkan padamu tentang setitik embun yang tak pernah memuai cintanya pada dedaunan, meski seringkali matahari lekat menatapnya? Ya, cahaya. Ku pikir akulah setitik embun itu, yang takkan pernah goyah meski tiap molekul jiwaku kan pupus dan tiada tersisa kecuali jejak basah yang mulai mengering bersama senyuman matahari senja. Ternyata ku tak pernah lebih baik dari setitik embun itu. Ya, aku salah.
Lalu, masihkah tersimpan di benakmu sebuah cerita yang kukisahkan padamu tentang sehelai daun keladi yang menahan kecewanya ketika pagi turun tanpa mentari? Benar, cahaya. Ku pikir daun keladi itulah aku, yang akhirnya layu di ujung terik tanpa cahaya yang menyapa di permulaan pagi. Benar, cahaya. Aku ternyata tak setegar yang kubayangkan hingga tak tahu kemana kegamangan ini kan kubawa. Karena, cahaya, seperti risalah yang pernah kulirihkan di kalbumu bahwa serabut kesunyian ini telah merambat pekat di tiap kelopak nuraniku.
Cahaya...
Izinkanlah ku menggoreskan sesuatu di penghujung lirik ini. Sesuatu yang bisa terus menjaga mimpi ini, sesuatu yang bisa terus kunikmati tanpa harus terjaga, sesuatu yang... akh... dengarkan aku untuk sekali ini saja.
Cahaya, aku rindu....

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Thursday 8 July 2010 | By: Nathan

Bintang Laut

Seberapa jauh sayap-sayap kecil itu kan membawamu terbang?
Seberapa tinggi angin rapuh itu kan membuatmu melayang?
Cukuplah semua itu hanya kau yakini sebagai fatamorgana
Dan jangan lagi, untuk yang kedua kali kau terlena

Tak bisakah sedikit saja kau rendahkan angkuhmu itu?
Atau sedikit saja kau tinggalkan egomu itu?

Cahaya...
Jadilah bintang laut untuk ku
Tak perlu kau tunjukkan seberapa terang pijarmu
Atau seberapa gemerlap kemilaumu
Namun cukuplah kadalaman samudra mengenalmu
Sebagai bintang di hatiku

Terkadang kita masih terlalu angkuh untuk berkaca
Sementara cahaya, cermin ini terlalu kecil untuk kita berdua...
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Tuesday 6 July 2010 | By: Nathan

Sahabat

Ku temukan cahaya itu
Membias dalam spektrum waktu
Hangatnya meleburkan kebekuan di dada
Kemilaunya merasuk dalam raga
Menyusupi tiap piasnya jiwa

Ingin ku genggam ia,
Mendekap hangatnya,
Tuk bangunkan hati dan jiwa
Yang sedang tertidur dengan lelapnya

Bahwa cahaya itu ada,
Hangatnya nyata,

Bahwa cahaya itu kamu,
Sahabat, yang kan menyayangiku
Selalu, di sepanjang usiaku


Dedicated to my entire best friends, in my real n virtual life...
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Monday 5 July 2010 | By: Nathan

Metamorfosa

Juni akhirnya beranjak pergi
Meninggalkan kemarau yang sendiri
Dan hujan yang sesekali kembali
Membawa kuntum-kuntum melati

Juli pun membuka kisahnya
Dengan selirik tembang yang menggoda
Mengalun mesra di ujung pena
Bersama denting tinta sang pujangga

Hmmm,,,
Dalam secawan kebebasan,
Segala pedih akhirnya kutuangkan
Dan bila waktu mengekal kenangan
Biar Juli yang kan memutuskan

Dan cahaya...
Berpalinglah untuk yang terakhirkalinya
Karena sebelum lembayung sore melebur dalam gelap,
Kan kurebahkan dukaku dalam rengkuhan lelap
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO