Monday 21 June 2010 | By: Nathan

Jenuh

Untukmu, jiwa-jiwa yang dilanda jenuh

Habis sudah pasir waktu menitik dari genggamanku
Pupus sudah ombak ragu memecah di karang yakinku
Namun masih saja, kau setiakan heningmu itu
Tanpa sejenak pun, kau benakkan segumpal jenuhku

Cahaya...
Takkan pernah, sehelai angin membisikkan lirih sunyi yang sama
Takkan pernah, sekerat malam menyelimutkan hitam yang sama
Lalu bagaimana lagi kubisa membuatmu terpana
Ketika lirik-lirik mantra kini tak lagi bermakna?

Pernahkah sedikit saja kau pahamkan kalbumu
Akan rindu yang mendera waktu?
Pernahkah sedikit saja kau tinggalkan heningmu
Tuk sekedar berpaling dan menyapa getirku?
Sedikit saja, Cahaya, sedikit saja....

Kini, segumpal daging ini telah gemuruh
Dan maaf, jika rasa ini akhirnya luruh
Karena aku tlah jenuh
Sungguh, Cahaya, aku tlah benar-benar jenuh...
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

4 comments:

windflowers said...

meski sekerat malam tak kan pernah menyelimutkan hitam yang sama, namun langitku masih saja sama dengan langitmu di manapun kau berada...
aku, akan biarkan jenuh ini merajaiku, hingga kejenuhan menyergap kepada kejenuhan itu sendiri...
nice poems...aku follow juga..thanks ya buat kunjungannya...

ali said...

Wah kek Mas Rio neh.. :-)
Moga nggak jenuh lagihh.. :-)

NENSA MOON said...

Keren...keren sekali puisinya!!
seungkap kata 'jenuh' telah berubah menjadi barisan kalimat indah dan bermakna dalam... fantastic!!
just like windflowers... you're very talented Lone fighter, perhaps I've just fallen in love in the first sight with your poem...
Keep writing ok..
will be back to hear more from u...thx

Nathan said...

To:
windflowers: ya, mungkin memang hanya jenuh
yang mampu menjenuhkan jenuh ini...
thanks...

amin... :بوويل

nensa moon: thanks so much, I'm so flattered...

Post a Comment