Sunday 14 February 2010 | By: Nathan

RENUNGAN DI AKHIR MALAM

(TRIBUTE TO IWAN SIMATUPANG)
Getaran irama waktu, t’lah sampai di penghujung malam
Yang sesak oleh bintang-bintang pucat dan awan-awan hitam
Nada-nada selanjutnya, membawakanku sepotong lirik kelam
Tentang mimpi buruk di tengah kemarau siang tadi
Ketika gagak-gagak hitam dan tikus-tikus kotor berlari
Berebut menggerogoti seonggok bangkai basi

Namun benarkah itu mimpi?
Atau, aku hanya merasa bahwa aku t’lah bermimpi?
Dan jika aku t’lah benar-benar bermimpi’
Mengapa ia lebih nyata dari kenyataan yang t’lah benar-benar nyata?

Awan-awan hitam itupun menguap
Dilemanya t’lah terlelap
Namun aku kembali terjebak dalam simpul kusut sang malam
Dalam tumpukan garis-garis kelam

Lalu ku coba ‘tuk kembali melihat ke arah dalam
Dari dalam diriku yang paling dalam
Dan kutemukan hatiku t’lah hampa
Nuraninya t’lah tiada
Lalu apa artinya hidup tanpa nurani?
Bukankah maut ‘kan lebih berarti?

Awan-awan hitam itupun kembali menguap
Menyisakan sehelai garis putih pada simpul kusut yang ikut terlelap
Kurentangkan ia dengan seribu harap
Hingga terurai sebentuk jalan: KEBENARAN
Ingin ku ukir ia di pasir ketaatan
Namun ku tahu, segera ia ‘kan kembali pupus
Oleh jilatan ombak-ombak rakus

Maka biarlah ia kembali menguap bersama awan-awan hitam
Yang ‘kan turun sebagai hujan di akhir malam
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 comments:

Post a Comment