Apa kabar, cahaya...
Sudahkah cinta menyapamu hari ini ketika sehelai kabut masih menyelimuti pagi? Kuharap kau menyambutnya seperti pucuk-pucuk hijau mekar meninggalkan kuncup menyambut belaian jemari mentari. Karena, cahaya, kita tak pernah tahu apa yang tertulis di lembaran kitab langit, masihkah esok kan kembali atau detakan bumi kan segera terhenti.
Masihkah cinta menyulut pijarmu hari ini ketika semilir angin Juli menghembuskan tinta-tinta hitam membayang awan searakan? Kuharap kau menjaga hangatnya seperti merpati menahan tusukan hujan mendekap merpati-merpati kecilnya, menjaga hangatnya. Karena, cahaya, kita takkan pernah tahu apa yang tertulis di lembaran kitab langit, masihkah dunia kan merona atau gelap kan mengekalnya.
Cahaya...
Masihkah kau ingat detik dimana kubisikkan padamu tentang setitik embun yang tak pernah memuai cintanya pada dedaunan, meski seringkali matahari lekat menatapnya? Ya, cahaya. Ku pikir akulah setitik embun itu, yang takkan pernah goyah meski tiap molekul jiwaku kan pupus dan tiada tersisa kecuali jejak basah yang mulai mengering bersama senyuman matahari senja. Ternyata ku tak pernah lebih baik dari setitik embun itu. Ya, aku salah.
Lalu, masihkah tersimpan di benakmu sebuah cerita yang kukisahkan padamu tentang sehelai daun keladi yang menahan kecewanya ketika pagi turun tanpa mentari? Benar, cahaya. Ku pikir daun keladi itulah aku, yang akhirnya layu di ujung terik tanpa cahaya yang menyapa di permulaan pagi. Benar, cahaya. Aku ternyata tak setegar yang kubayangkan hingga tak tahu kemana kegamangan ini kan kubawa. Karena, cahaya, seperti risalah yang pernah kulirihkan di kalbumu bahwa serabut kesunyian ini telah merambat pekat di tiap kelopak nuraniku.
Cahaya...
Izinkanlah ku menggoreskan sesuatu di penghujung lirik ini. Sesuatu yang bisa terus menjaga mimpi ini, sesuatu yang bisa terus kunikmati tanpa harus terjaga, sesuatu yang... akh... dengarkan aku untuk sekali ini saja.
Cahaya, aku rindu....
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
21 comments:
hehe...
pertamaxxxx....
tan....ada rencanamu bkn buku tak ???
nanti q usulkan ke penerbit...
dan ketika rinduku mulai meradang, itu tanda kalau hatiku ingin mengambil alih akalku, membuatnya hanya sekedar pengikut, dan membuatnya tumpul.
wahai daun keladi..
simpanlah rindu itu jauh di dasar hatimu
sesungguhnya mentari esok kan menyapamu
menghangatkan jiwa sunyimu yang nyaris merobek selaput nuranimu...
so sweet.
dimanakah rindu kan ku goreskan
saat kulihat cahayamu
menyelinap dalam hati
mengalir dalam darah
membentuk butiran pelangi
sepanjang hirupan nafas
dan bersemayam pada debu yang bertebaran
di seluruh muka bumi
aku ingin disapa cinta, cinta dimanakah engaku setelah kau datang cinta untukku. salam cinta
wuuuuw keren keren! :D
Subhanallah...
wah cintaku jam segini belum bangun kayaknya tuh...
abis nonton bola..
bisik cahaya...kan kusambut hijau mekar bersama tetesan embun turun di atasku; dengan kabut pekat yang meski mencekam...karena aku cahaya bagimu...pekat akan lekang oleh waktu seiring munculnya cahaya itu sendiri...
*puisi yang mantaappp...have a great day my friend...^_^
Wah siip keren sekali nich..
salam kenal dan sukses selalu
Cahaya, selalu diraih. Sebab bersamanya hidup kita jadi terang benderang. Selamat pagi sobat.
met siaanggg...^_^
siang mas.... keren euy...
sukses ya...
ini artikel yang kayak puisi... apa puisi yang kayak artikel yah xD
makasih dah mapir di blogku....
suka banget yang paragraf ke3!
kereenn!
aku udah follow yah!
makasih mas udah follow :)
kunjungan soreee :)
wak tulisanmu indah sekali sobat,,,
aku jadi terkesima dengan kiasannya...
nice,,
wah tulisan yg indah sobat,,,
segaris cahaya kan kuukir dikaki langit meski kutau, mendung selimutinya..
nice,..
tulisan yang sarat akan makna indah
maaf baru bisa berkunjung ke mari
Syukran untuk smua sahabat yg dah b'kunjung + comment,, afwan, krna ksbukan dunia ane br nge-net lg...
nasibnya sama seperti aku...
Post a Comment