Monday 29 March 2010 | By: Nathan

Kidung

Tiba-tiba saja kidung itu membangunkanku. Kidung itu, aku mengenalnya. Kidung kegelisahan yang mengalun dari petikan jemari subuh pada dawai-dawai kerinduan.

Kidung itu, aku mengenalnya. Sebuah harmoni nada-nada keraguan akan jarak yang memisahkan. Aku menyerah. Walau telah kucoba tuk tepiskan dengan lantunan kepastian, namun selalu, nada-nada itu kembali menjelang, berdenting di tiap ruang penantian.

Rinai hatiku…
Andai kau di sini, kan kunyanyikan kidung itu untukmu. Hingga kau tahu, betapa berat derita ini saat dawai-dawai itu menyimpul kerinduan di dada.

Telaga hatiku…
Andai kau di sini, kan ku bisikkan nada-nada itu di jiwamu. Hingga kau tahu, begitu kerontang hari-hari yang kulalui ketika mentari mulai menghirup udara cinta dari raga ini.

Cahaya hatiku…
Andai kau di sini, kan ku dekapkan harmoni itu di hatimu. Hingga kau mengerti, seberapa pekat gelap yang kulalui ketika malam mulai membentangkan sayapnya.
Andai kau tahu, tak ada yang bisa bertakhta di hati ini, tak ada yang bisa menghapus derita ini, dan tak ada yang bisa menerangi jiwa ini. Kecuali cintamu, dan hanya cintamu.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 comments:

Post a Comment