Thursday 15 April 2010 | By: Nathan

Subuh Yang Abadi

Subuh ini kembali kutebarkan penglihatanku pada bumi. Pada dedaunan yang sedang terlelap, pada bayu yang sedang mengantuk, dan pada malam yang tengah menggapai ujungnya. Namun aneh, embun yang selama ini telah menitikkan cinta pada dedaunan sebelum subuh terjaga, kini tak lagi tampak olehku. Aku mulai khawatir, akankah pagi turun hari ini? Apa jadinya pagi tanpa setetes pun embun? Lalu dapatkah dedaunan itu menahan kecewanya?

Akh, apa peduliku terhadap mereka? Bukankah mereka hanyalah makhluk kecil tak berdaya? Terlalu kecil untuk melawan kehendak alam. Apa peduliku terhadap mereka? Bukankah aku kan terus hidup seribu tahun lagi walau tanpa sehelai pun daun di bumi ini? Sudahlah, aku tahu kau tak sedikitpun percaya kepadaku. Lagipula, aku telah bosan hidup dalam penjara kebohongan ini.

Ya, aku memang peduli. Dedaunan itu, entah mengapa, aku selalu melihat diriku sendiri tiap kali kucerminkan jiwaku di sana.

Ya Tuhanku, sudikah Engkau menjadikanku setitik embun yang menanti pagi dalam pelukan daun mati di pagi yang belum jatuh ini?
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 comments:

Post a Comment