Friday 1 October 2010 | By: Nathan

Fragile

Setitik salju menoktah di kemarau hati
ketika kau alunkan kata itu dalam sepi
Dan seketika bahagiaku membuncah
Dalam biru yang nyaris memecah

Tahukah kau, pagi ini
Ketika mentari belum menyapa pagi
Telah kulantunkan namamu jutaan kali?
Tahukah kau, pagi ini
ketika embun menitikkan haru
Telah kupenuhkan benakku dengan wajahmu?

Cahaya, sesungguhnya aku takut
Jika esok, nafas ini tak lagi mendesahkan namamu
Jika esok, mentari tak lagi mampu sentuhkan hangatmu
Aku takut, Cahaya,
Sungguh...
Aku takut kehilanganmu

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

10 comments:

windflowers said...

cahayamu...tetaplah kan menjadi secercah cahaya bagimu...
yang senantiasa meyakinkan bahwa embun pagi telah diuapkannya...
cahayamu akan selalu menghangatkan hatimu; selalu...
tersenyumlah...untuk menyambut cahayamu di setiap waktumu....

narti said...

Tahukah kau, pagi ini
Ketika mentari belum menyapa pagi
Telah kulantunkan namamu jutaan kali?

hmmm bikin ngiri... :)

auliadriani said...

awesome... :)

ellysuryani said...

Nice. Mari berpaling padaNya. Pada cahaya di atas cahaya.

Rawins said...

emang apanya yang gampang pecah..?

ali said...

mav, mampir doang neh.. hiks

Gaphe said...

ooh.. rapuh itu tertuang dalam 3 baris terakhir puisinya ya?.. kirain kayak tulisan di koper2 isinya barang pecah belah. ^_^

Dendy Darin said...

keren banget puisinya :D

aziz miring said...

keren ni puisinnya :D

~Srex~ said...

mmm...suatu obsesi kah...? semoga "Dia" baik2 ajah....

Post a Comment